Selasa, 15 September 2015

Umar RA Sang Khalifah

Umar Bin Khattab sang Khalifah

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Ibnu Umar perihal Umar r.a ia berkata: Umar adalah seorang laki-laki dengan kulit putih bersih dengan kemerah-merahan, postur tubuhnya tinggi, kepalanya botak dan beruban.

Dari Ubaid bin Amir ia berkata: “Umar berpostur tinggi jauh melampaui umumnya manusia”

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abi Raja' dia berkata: “Umar memiliki postur tubuh yg sangat tinggi, botak, warna kulit putih kemerahan, kedua tulang pipinya menonjol, bagian depan jenggotnya besar dan di ujungnya ada warna kemerah-merahan”.

Abu Abdillah bin Isa berkata: “Di wajah Umar bin Khattab ada dua garis hitam bekas tangisan”.

Dari Salman, bahwa Umar berkata kepadanya:

 “Apakah saya ini seorang Raja atau Khalifah?”

Salman berkata:“Jika engkau mengambil dari bumi kaum muslimin satu dirham atau lebih lalu engkau pergunakan uang itu bukan pada tempatnya, maka sesungguhnya engkau adalah raja bukan Khalifah”.

Mendengar jawaban itu Umar bin Khattab menangis terisak.

Ibnu Saad juga meriwayatkan dari Sufyan bin Abu Al`Awja' dia berkata, bahwa Umar berkata:

“Demi Allah, saya tidak tahu apakah saya ini seorang raja atau seorang Khalifah dan jika ternyata saya adalah seorang raja maka ini sungguh persoalan besar”.

Seseorang yang hadir di tempat itu berkata: “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya antara keduanya itu terdapat perbedaan yang besar”

“Lalu apa perbedaannya?” Kata Umar.

“Seorang Khalifah itu tidak mengambil secuil dengan cara yang hak dan tidak mempergunakannya kecuali dengan cara yang hak pula dan engkau adalah seperti itu. Sedangkan seorang raja adalah orang yang melakukan kezhaliman kepada manusia Ia mengambil hak orang lain dengan seenaknya dan memberikan harta yang dia miliki seenaknya pula.” Jawab orang itu, Umar pun terdiam.

Imam Bukhari meriwayatkan dlm kitab Tarikhnya: “Orang yang pertama kali menulis penanggalan Islam adalah Umar bin Khattab pada 2 tahun masa kekhalifahannya. Umar bin Khattab menulis pada tahun 16 Hijriyah berdasarkan usulan yang diberikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Di zaman Abu Bakar bahwa setiap menulis surat, Abu Bakar memulai dengan kata “Dari Khalifah Rasulullah”. Sedangkan Umar memulainya dengan kalimat: “Dari Khalifahnya Khalifah Rasulullah”. 

Gelar Amirul Mukminin diberikan oleh Adi bin Hatim dan Lubaid bin Rabi'ah tatkala mereka berdua datang menemui Umar sebagai utusan dari Irak, hingga akhirnya Amr bin 'Ash menggelari Umar dengan Amirul Mu'minin dan sejak itulah surat-surat yang dikirimkan Umar menggunakan nama itu. 

Umar bin Khattab mulai memangku khilafah pada hari Selasa tanggal 12 jumadil akhir tahun 13 H. Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab terjadi banyak pembukaan wilayah-wilayah.

Pada tahun 14 H Damascus, Bashrah, Ablah, Baklabakka, Himsh berhasil ditaklukkan. Pada tahun ini pula terawih berjamaah dilakukan, pada tahun 15 H Yordania ditaklukkan, pada tahun ini pula terjadi perang Yarmuk dan Qadisiyah, pada tahun ini pula Umar mendirikan kantor-kantor dan kota Kufah dibangun.

Pada tahun 16 H, kota Al-Majdain dan Al Ahwaz ditaklukkan, pada saat itu Sa'ad melakukan Shalat Jumat di Istana Kaisar Iran. Pada tahun itu pula Kota Tikrit juga ditaklukkan, Shalat Jum'at pertama kali dilakukan di Irak, tepatnya pada bulan Shafar. Pada tahun itu pula, Umar mengadakan perjalanan ke luar dan membuka kota Baitul Maqdis.

Pada tahun 17 H, Umar memperluas Masjid Nabawi. Pada tahun ini pula terjadi paceklik panjang. Kemudian pada tahun 18 H, kota Raha, Haran Nashibin, Simsath ditaklukkan dengan cara damai, sedangkan kota Mosul melalui peperangan. Pada tahun 20 H, Mesir ditaklukkan dengan damai, kecuali Alexandria ditaklukan pada tahun 21 H dengan peperangan. Seluruh wilayah Maghrib ditaklukkan melalui peperangan. Pada tahun ini Turtar ditaklukkan, Kaisar Romawi tewas. Pada tahun 22 H, Azerbaijan ditaklukkan dengan damai, kota-kota seperti Tripoli, Ray, Askar, Qaumas, Hamdzan melalui peperangan. Pada tahun 23 dibuka kota Karman, Sajistan, Makran yang merupakan pegunungan, juga Asfahan dan sekitarnya.

Pada akhir 23 H inilah Umar mati syahid saat ia kembali dari Ibadah Haji. Said bin Al-Musayyib berkata: Tatkala Umar meninggalkan Mina dia berhenti di Abhtah kemudian duduk dan mengangkat tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, usiaku telah tua, kekuatanku melemah, rakyatku telah meluas kemana-mana maka kembalikanlah aku keharibaan-MU dalam keadaan tidak menelantarkan mereka dan tidak pula menyia-nyiakan mereka.” Belum usai bulan Dzulhijjah Umar terbunuh. (Diriwayatkan oleh Al-Hakim).

Gaya Kepemimpinan Umar Bin Khattab

MENJADI pemimpin bukanlah perkara mudah, selain dibutuhkan leadership, dalam Islam, pemimpin juga harus kuat iman dan takwanya, sehingga bisa menjadi teladan dan benar-benar bisa bekerja sebagai pelayan rakyat, bukan penikmat kekayaan rakyat.
Ketika seorang pemimpin tidak menguatkan iman dan takwanya, maka ia akan berada dalam situasi tertekan oleh berbagai kepentingan, pada saat yang sama rasa cinta terhadap kursi jabatan kian menguat.

Di saat seperti itulah biasanya seorang pemimpin tidak mau lagi berpikir lurus di jalan lurus. Akibatnya, segala macam kebijakannya senantiasa berbau rasionalisasi. Sebab, hakikatnya memang bukan rakyat yang mau dilayani, tetapi kekuatan lain yang sangat ditakuti. Di sinilah kemudian istilah pencitraan menjadi keniscayaan bagi mereka yang sangat berkeinginan dengan kursi jabatan.

Dalam bukunya, Khulafaur Rasul Shallallahu Alayhi Wasallam, Syeikh Khalid Muhammad Khalid menjabarkan dengan sangat gamblang bagaimana gaya kepemimpinan Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu. Sosok pemimpin yang tidak melakukan banyak rekayasa pencitraan terhadap dirinya. Tetapi memang benar-benar hadir dan mensolusikan secara nyata setiap persoalan yang menimpa seluruh rakyatnya.

Pertama, Musyawarah

Dalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah memposisikan dirinya sebagai penguasa. Ia meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama kedudukannya dengan anggota musywarah lain.

Ketika ia meminta pendapat mengenai satu urusan, ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah pemegang kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan bahwa mereka adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan, menyelamatkannya dari kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka membantunya dengan pendapat-pendapat mereka untuk memperjelas kebenaran.

Kedua, ‘APBN’ untuk Rakyat

Semua kekayaan negara dipergunakan untuk melayani rakyat. Kala itu, sesuai kebutuhan zaman, Umar mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk melindungi kaum Muslimin. Umar juga membangun kota-kota untuk mensejahterakan seluruh rakyatnya.

Umar tidak pernah berpikir mengambil kesempatan atau keuntungan dari ‘APBN’ untuk kesenangan diri dan keluarganya. Malah Umar hidup dengan sangat zuhud, sehingga tidak tertarik dengan kemewahan, kenikmatan dan segala bentuk pujian manusia yang mudah kagum dengan harta benda.

Ketiga, Menjunjung tinggi kebebasan. Dalam satu muhasabahnya, Umar berkata pada dirinya sendiri, “Sejak kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka?”

Menurut Umar, semua orang memiliki kemerdekaan sejak lahir ke dunia. Umar sama sekali tidak takut akan kebebasan bangsanya, tidak pula khawatir akan mengancamnya, bahkan ia mencintai kebebasan manusia itu sendiri, seperti cinta seorang yang mabuk kepayang serta menyanjungnya dengan penuh ketulusan.

Pemahaman kebebasan menurut Umar sangat sederhana dan bersifat universal. Kebebasan menurutnya adalah kebebasan kebenaran. Artinya, kebenearan berada di atas semua aturan. Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran Islam, bukan kebenaran kebebasan yang disandarkan pada logika liberalisme.

Keempat, Siap mendengar kritik

Suatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang rakyatnya, orang itu bersikeras dengan pendapatnya dan berkata kepada Amirul Mukminin, “Takutlah engkau kepada Allah.” Dan, orang itu mengatakan hal itu berulang kali.

Lalu, salah seorang sahabat Umar membentak laki-laki itu dengan berkata, “Celakalah engkau, engkau terlalu banyak bicara dengan Amirul Mukminin!”

Menyaksikan hal itu, Umar justru berkata, “Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada kebaikan dalam diri kita jika tidak mendengarnya.”

Kelima, Terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya

Sangat masyhur (populer) di kalangan umat Islam bahwa Umar adalah sosok pemimpin yang benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap, ia justru patroli, mengecek kondisi rakyatnya. “Jangan-jangan ada yang tidak bisa tidur karena lapar,” begitu mungkin pikirnya.

Begitu ia menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis karena lapar, sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan, dengan segenap daya Umar pergi ke Baitul Maal dan memikul sendiri sekarung gandum untuk kebutuhan makan keluarga tersebut.
Seperti itulah, setidaknya setiap pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas dasar iman, sehingga tidak ada yang didahulukan selain iman, takwa dan kesejahteraan rakyatnya. Ia ‘blusukan’ malam hari, bukan siang hari apalagi hanya sekedar ingin dilihat orang.

Terbunuhnya Amirul Mukminin Umar bin Khattab

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lu'luah, ia adalah budak Al Mughirah Gubernur Kufah. Ada dua versi tentang kronologi terbunuhnya Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Pertama, (Riwayat Ibnu Sa'ad) Umar ketika itu membangunkan Shalat Subuh kaum muslimin, Abu Lu'luah bersembunyi di pojok Masjid di tengah kegelapan dengan memegang pisau besar yg memiliki 2 ujung, tangkai pegangannya ada di tengah. Ketika Umar mendekat ke tempat Abu Lu'luah menikamnya dengan 3 tikaman beruntun. Ia juga menikam 12 orang lainnya, 6 diantaranya meninggal dunia. Versi kedua, Umar ketika waktu itu akan melaksanakan Shalat berkata “luruskanlah shaf kalian” sebelum mengangkat tangan takbiratul ihram, Abu Lu'luah datang, mendekat langsung menikam pundak dan lambung Umar, maka jatuhlah Umar bin Khattab. Abu Lu'luah juga menikam 13 orang lainnya, 6 diantaranya tewas. Abu Lu'luah sendiri akhirnya bunuh diri. Abu Lu’luah membunuh Umar karena memendam dendam karena merasa tidak mendapatkan kebijakan yang adil.

Sebelum wafat, Umar berkata pada anaknya, “Wahai Abdullah, periksa utang-utangku”, Abdullah bin Umar memeriksa utangnya dan dia dapatkan bahwa utang Umar itu adalah 86.000. Umar berkata, “Jika kekayaan keluarga Umar mencukupi untuk membayar utang tadi maka bayarkanlah, jika tidak cukup maka mintalah dari Bani Ady, jika tidak mencukupi juga mintalah dari orang-orang Quraisy.”

Umar juga sempat berkata “Pergilah menemui Ummul Mukminin 'Aisyah dan katakanlah bahwa Umar minta ijin untuk dikuburkan bersama 2 sahabatnya”

Maka Ibnu Umar pergi menemui Aisyah dan mengatakan apa yang dikatakan oleh Umar. Aisyah berkata, “saya menginginkan tempat itu untukku, namun kini saya lebih mementingkan dia daripada diriku”

Ibnu Umar pergi menemui Umar dan berkata “dia memberi ijin”

Mendengar itu Umar bin Khattab memuji Allah SWT. Ketika Umar wafat, orang-orang membawa jenazahnya ke luar menuju rumah Aisyah.  

Orang-orang berkata “Umar bin Khattab meminta izin”

Aisyah berkata, “masuk dan kuburkanlah.”

Kemudian ia dimasukkan dan dikuburkan bersama dua sahabatnya (Rasulullah SAW dan Abu Bakar).

Umar ditikam pada hari rabu di akhir bulan Dzulhijjah dan dia dikuburkan pada awal Muharram, hari Ahad. Umar saat meninggal berusia antara 60-66 tahun. 

Beberapa hal yang dilakukan pertama kali oleh Umar bin Khattab adalah sebagai berikut:

Umar adalah khalifah yg pertama kali menamakan dirinya dengan Amirul Mukminin.

Dia adalah orang yang pertama kali menulis penanggalan Islami diawali dari hijrah Rasulullah SAW.

Dia yang pertama kali memerintahkan shalat tarawih secara berjamaah di bulan Ramadhan. 

Dia yang pertama kali mengawasi kondisi rakyatnya di malam hari. Yang pertama kali mengumpulkan manusia untuk melakukan Shalat Jenazah berjamaah dengan 4 takbir. 

Dia yang pertama kali membangun kantor-kantor administrasi, mengangkat hakim di kota-kota. Membuka dan membangun kota-kota besar seperti Kufah, Bashrah, Jazirah, Syam, Mesir dan Mosul.

Umar adalah yang pertama kali membawa bahan makanan dari Mesir lewat laut Lylah ke Madinah. Umar membuat lumbung yang disimpan tepung gandum, kurma, anggur kering (kismis) dan semua bahan logistik yang diperlukan, dengan lumbung ini dia membantu orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Umar membangun lumbung itu di antara Makkah - Madinah yang memudahkan diambil oleh orang yang membutuhkan. Umar jugalah yang menempatkan Maqam Ibrahim pada posisinya seperti saat ini, Maqam Ibrahim sebelumnya menempel dengan Ka'bah. Dia juga yang pertama kali mengucapkan; Athallahu 'Umraka (Semoga Allah memanjangkan umurmu) ungkapan ini dia katakan kepada Sayyidina Ali. Dalam kitab Tahdzib karangan Al Muzanni disebutkan bahwa di cincin Umar bin Khattab terdapat tulisan: “Kafaa bil Mauti waa 'Idhan yaa Umar” (Cukuplah mati sebagai pengingat untukmu wahai Umar).

sumber : muslimmedianews.com & hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar