Jumat, 24 Februari 2017

Pernah Tau Pernah Lupa

RIBA pernah tau pernah lupa

Gambaran masa remaja tampak melintas di depan mata,saat dimana remaja masih bersekolah.Masa dimana ditempa belajar ilmu pendidikan dan juga ilmu agama.Saat itu pernah dikenalkan oleh RIBA oleh guru saya,ustad saya..

Pada masa itu,remaja itu hanya tahu dan mendengar bahaya RIBA.Remaja itu hanya mengenal RIBA dari pengertian dan penjelasan tanpa pernah mengalaminya.Remaja itu masih belum menjalani RIBA,tapi remaja itu tahu apa itu RIBA.

Slide show gambar bergerak cepat.Remaja itu adalah saya,yang telah diajarkan apa itu RIBA.Lalu gambaran itu berhenti saat pertama kali saya terjerat RIBA.Ya utang RIBA.

Pertama kali terjerat RIBA adalah saat dimana saya pertama kali mengajukan Kredit kepemilikan kendaraan bermotor.Saya pertama kali saya kredit motor.Saat itulah awal terjerat RIBA.

Keinginan mempunyai motor saat itu tak terbendung lagi.Bermodal gaji yg pas-pasan nekat kredit motor.Walhasil kredit disetujui,dp diberikan dan tak berapa lama motor meluncur ke rumah.

Hati boleh berbangga,saat mencoba motor kreditan yg bunyi knalpotnya masih dit.. dit dit itu.Sungguh saat itu saya terlupa,bahwa saya tidak sabaran ingin punya motor.Dan saat itu cara tercepat adalah kredit.

Sebenarnya jika mau bersabar,pasti Allah SWT akan memberi jalan untuk bisa saya memiliki sepeda motor,tapi karena kekhilafan saya sehingga saya terjerat RIBA.Yaa Rabb ampuni dosa-dosa saya yg pernah terjerat dalam RIBA.

Ada anggapan,kalo tidak ngutang tidak punya.Kalo mau menaBung,harus berapa lama uang kumpul tertabung. Dan hasrat hati inginnya instan aja.Sungguh hal tersebut keliru.Dan alpa saya adalah tidak melibatkan Allah SWT dalam urusan saya waktu itu.Hanya dari pemikiran diri sendiri, hitungan skala manusia,akhirnya terjerumus dengan utang RIBA.Sekali lagi ampun Gusti Allah,ampuni dosa hambaMu ini.

Lepas dari RIBA pertama,belum sadar juga saya melangkah ke RIBA kedua. Kemudahan kredit motor melalui kantor menggoda saya untuk kembali utang RIBA.Nggak perlu repot menyetor angsuran karena sudah mekanisme potong gaji.Wal hasil lagi dan lagi terjerat RIBA.Ampun Gusti...

Motor pertama lunas tanpa kendala,makyus lanjut motor kedua. Motor kedua ini matic,jenis motor yg sedang booming saat itu.Tapi jangan harap suara knalpotnya berbunyi tik.. tik.. tik yaa.Karena masih kredit maka bunyinya dit... dit...dit...

Rutinitas Utang RIBA memang menipu. Terlihat seolah bahagia padahal semua itu ilusi.Yaa saat itu belum tersadarkan bahaya RIBA.Perlahan tapi pasti,terasa keberkahan dalam rejeki berkurang. Dan hidup terasa mulai tak tenang.

Dan rasa kekurangan mulai menyeliputi keluarga kecil kami saat itu.Teringat saat dimana kami lebih membela untuk bayar angsuran dan harus menekan biaya pengeluaran.Sampai segitunya lho, iya sungguh RIBA itu membawa kebinasaan.Bahkan kami harus rela mengurangi apa yg sebenarnya menjadi kebutuhan kami,saya dan istri juga anak kami.Sungguh RIBA sangatlah kejam.

Belum cukup kekurangan terasa,nalar nafsu saya malah menambah hutang RIBA.Ampun Yaa Robb... ampuni saya ya Allah... ampuni Yaa Allah.

Tambah RIBA tambah semangat kerja.Yaa tambah semangat mengingat cicilan banyak di depan mata. Semangat namun tidur tak lagi enak. Bayangan bila tak ada dana dan harus menunda cicilan itu ngeRIBAnget. Setiap waktu harus menghitung,uang gaji hanya bisa semalam bersemayam. Sehabis itu habis buat nyicil angsuran.Nyesek

Saat itu semakin kurang pendapatan semakin kurang rasa bersyukur. Serasa semakin jauh dari Allah,ibadah tak tenang karena hutang mengganggu pikiran. Sungguh RIBA itu membawa kehancuran dan kebinasaan.Bagi yg belum terjerumus dalam hutang RIBA,satu kata "JANGAN".

Sebenarnya ada ungkapan,gaji itu cukup untuk hidup,tidak cukup untuk gaya hidup.Dengan alasan ingin kelihatan mapan,jalan RIBA pun ditelan. Sumpah kalo ingat kesalahan saya dimasa itu pengen nangis sejadi-jadinya.

Dengan dasar kebutuhan,kembali jalan kredit saya lakukan.Kali ini kredit rumah yg angsurannya sungguh bikin keteteran.Terasa pertanyaan itu menyambangi diri "kapokmu kapan".

Tambah RIBA tambah mapan.Ilusi semu dari RIBA.Memangnya orang tahu bahwa tak tenang punya hutang. Terus masih bangga punya kendaraan tapi mikir bayar angsuran.Saya pernah dan masih mikir sampai sekarang.

Secuil pengalaman saya hidup terjerat hutang RIBA tuh nggak enak.Hidup tak tenang,terbayang hutang.Tidur tak lelap makan pun tak sedap.Sumpah benar-benar nggak nyaman. Saat ini Alhamdulillah saya disadarkan lagi bahaya RIBA.Sungguh RIBA itu pernah saya tahu dan pernah saya lupa.

Bertekad hijrah tanpa RIBA,hari ini dan seterusnya.Bagaimana dengan dirimu saudara seiman seagama? Masih adakah RIBA di hartamu? Kalaupun masih ayo bersama Yuk Hijrah Tanpa RIBA. Hidup tenang,Insya Allah Mati tenang.Jauhi RIBA sekarang juga.

Saya masih ada hutang RIBA, namun saya bertekad segera melunasinya. Agar segera terbebas dari RIBA. Rindu hari dimana saat itu saya bisa bilang "Lunas tanpa RIBA".

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita semua agar selamat di dunia dan di akhirat kelak.Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar